imagesku

imagesku

Rabu, 08 Desember 2010

MAKALAH

APHTAE EPITOZOOTICAE
( PENYAKIT MULUT DAN KUKU)
KEKURANGAN DAN KELEBIHAN KOMPUTER


OLEH:
NURAHMADHAN 0810612103
DEDI RAMDANI 0810612103
HENDRIKUS 0810612123
M. IQBAL WAHYUDI 0810612127






ILMU PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2010
Aphtae Epitozooticae ( Penyakit Mulut dan Kuku)

Aphtae Epitozooticae (penyakit mulut dan kuku) atau memliki nama lain yaitu Foot and mouth disease (FMD) merupakan salah satu penyakit hewan menular yang paling ditakuti oleh dunia internasional namun, di Indonesia telah berhasil bebas dari penyakit tersebut, dan status bebas ini harus dipertahankan dengan menerapkan sistem kewaspadaan dini secara konsisten dan disiplin. Penyakit ini menular pada hewan dan sangat ditakuti oleh hampir semua negara di dunia, terutama negara-negara pengekspor ternak dan produk ternak. Indonesia pertama kali tertular Apthae Epizooticae pada tahun 1887 di daerah Malang, Jawa Timur.
Upaya pemberantasan dan pembebasan Apthae Epizooticae di Indonesia terus dilakukan sejak tahun 1974 hingga 1986. Pada tahun 1990, penyakit tersebut benar-benar dinyatakan hilang dan secara resmi Indonesia telah diakui bebas Apthae Epizooticae oleh Badan Kesehatan Hewan Dunia atau Office International des Epizooties (OIE). Keberhasilan Indonesia bebas dari Apthae Epizooticae merupakan hasil kerja keras berbagai pihak dalam penanggulangan wabah PMK serta didukung oleh kondisi geografis Indonesia yang berupa kepulauan sehingga memudahkan dalam melokalisasi penyakit ini. Apabila Apthae Epizooticae masuk kembali ke Indonesia, penyakit tersebut akan menyebabkan kerugian ekonomi yang sangat besar, bukan hanya karena mengancam kelestarian populasi ternak di dalam negeri, tetapi juga mengakibatkan hilangnya peluang ekspor ternak dan hasil ternak. Oleh karena itu, peran aktif dari berbagai pihak diperlukan untuk mewaspadai kemungkinan masuknya kembali penyakit tersebut ke Indonesia melalui pengetahuan yang cukup tentang PMK dan langkah-langkah yang perlu diambil.

a. Penyebab Apthae Epizooticae
Penyakit ini disebabkan oleh virus dan digolongkan ke dalam jenis entero virus dari famili Picornaviridae. Virus ini dibagi menjadi 7 tipe yang berbeda, yaitu: O, A, C, SAT 1, SAT 2, SAT 3 dan Asi 1. Virus ini labil terhadap asam dan basa serta sensitif terhadap panas. Apthae Epizooticae adalah virus yang sangat kecil, berdiameter ±20 milimikron, terbentuk dari asam inti ribo yang diselubungi protein. Virus ini sangat labil, antigenisitasnya cepat, dan mudah berubah.
b. Penularan Apthae Epizooticae
Penularan virus PMK dapat terjadi secara langsung ataupun tidak langsung. Secara langsung yaitu melalui kontak dengan penderita, sekresi, ekskresi atau hasil hasi ternak seperti air susu, semen/ sperma yang dibekukan dan daging. Penularan secara tidak langsung yaitu melalui bahan bahan ( makanan, minuman dan peralatan kandang) yang tercemar virus. Selain itu penularan dapat melalui udara. Udara yang terinfeksi dapat tahan sampai beberapa jam di dalam kondisi yang cocok, terutama bila kelembaban lebih dari 70 % dan dalam suhu rendah. Udara yang tercemar virus dapat terbawa angin sampai sejauh 250 Km. Petugas teknis atau paramedis harus berhati-hati agar tidak menyebarkan penyakit seusai menangani kasus. Setelah hewan sembuh virus PMK dapat tetap tinggal di kerongkongan selama 2 tahun.

c. Tanda Tanda Apthae Epizooticae
1. Demam (dapat mencapai 41°C ),
2. Nafsu makan turun
3. Bulu kusam.
4. Peradangan pada lidah dan mulut bagian dalam yang mengakibatkan hypersalivasi ( air ludah keluar banyak berbuih dan ngiler ).
5. Adanya lepuh-lepuh pada gusi, lidah dan pangkal lidah, lepuh-lepuh tersebut segera pecah dan menghasilkan tukak sehingga mengakibatkan kesulitan mengunyah dan air liur menetes.
6. Serangan penyakit yang serius menyebabkan selaput lendir lidah terkelupas.
7. Lepuh lepuh diantara teracak dan sekitar batas atas kuku sehingga menyebabkan rasa sakit dan pincang waktu berjalan, luka yang parah kuku dapat terlepas.
8. Pada ternak betina lepuh/ tukak terjadi pada ambing dan putting.
9. Produksi air susu menurun.
10. Keguguran pada ternak betina.

d. Kerugian terserang Apthae Epizooticae
Kerugiaan akibat terserang penyakit aphtae epizooticae antara lain sebagai berikut :
1. Penurunan produktivitas kerja tenak,
2. Penurunan bobot hidup. Ternak yang menderita PMK sulit mengonsumsi, mengunyah dan menelan pakan, bahkan pada kasus yang sangat parah, ternak tidak dapat makan sama sekali. Akibatnya, cadangan energi tubuh akan terpakai terus hingga akhirnya bobot hidup menurun dan ternak menjadi lemas,
3. Gangguan fertilitas. Ternak produktif yang terserang PMK akan kehilangan kemampuan untuk melahirkan setahun setelah terserang penyakit tersebut. Ternak baru dapat beranak kembali setelah dua tahun kemudian. Jika pada awalnya seekor ternak mampu beranak lima ekor, karena penyakit ini kemampuan melahirkan menurun menjadi tiga ekor atau kemampuan menghasilkan anak menurun 40%,
4. Kerugian ekonomi akibat penutupan pasar hewan dan daerah tertular. Dalam keadaan terjadi serangan PMK, seluruh kegiatan di pasar hewan dan rumah pemotongan hewan (RPH) ditutup. Akibatnya, pekerjadi pasar hewan dan RPH, pedagang ternak, serta pengumpul rumput akan kehilangan mata pencaharian selama jangka waktu yang tidak menentu.
5. Hilangnya peluang ekspor ternak, hasil ikutan ternak, hasil bahan hewan, dan pakan.


Tanda-tanda sapi yang menderita penyakit PMK, air liur yang berbuih dan
menetes (A), lepuh pada selaput lendir gusi yang pecah (B), selaput lendir
yang mengelupas (C) dan lepuh di antara teracak (D)


Lesi terbuka antara teracak ternak (kiri) dan lesi terbuka pada bantalan
gigi kerbau penderita PMK (kanan).

e. Pencegahan Aphtae Epizooticae
Agar tidak tertular penyakit Aphtae Epizooticae ini maka dilakukan pencegahan-pencegahan yaitu sebagai berikut :
1. Stamping out. Merupakan kegiatan membunuh tenak yang tertular atau ternak yang berdekatan, kemudian mengubur ternak tersebut di daerah peternakan tersebut.
2. Penangaturan lalu lintas ternak harus benar-benar di perhatikan.
3. Kandang tempat ternak sebaiknya dilakukan desinfeksi terlebih dahulu dengan larutan asam atau basa tertentu.
4. Melakukan sanitasi kandang.
5. Melakukan vaksinasi massal.

f. Pengobatan Aphtae Epizooticae
Belum ada obat yang efektif untuk ternak yang menderita penyakit Aphtae Epizooticae ini oleh karena itu sebaiknya dilakukan tindakan-tindakan pencegahan seperti yang telah diterangkan di atas.
MAKALAH

APHTAE EPITOZOOTICAE
( PENYAKIT MULUT DAN KUKU)
KEKURANGAN DAN KELEBIHAN KOMPUTER


OLEH:
NURAHMADHAN 0810612103
DEDI RAMDANI 0810612103
HENDRIKUS 0810612123
M. IQBAL WAHYUDI 0810612127






ILMU PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2010
Aphtae Epitozooticae ( Penyakit Mulut dan Kuku)

Aphtae Epitozooticae (penyakit mulut dan kuku) atau memliki nama lain yaitu Foot and mouth disease (FMD) merupakan salah satu penyakit hewan menular yang paling ditakuti oleh dunia internasional namun, di Indonesia telah berhasil bebas dari penyakit tersebut, dan status bebas ini harus dipertahankan dengan menerapkan sistem kewaspadaan dini secara konsisten dan disiplin. Penyakit ini menular pada hewan dan sangat ditakuti oleh hampir semua negara di dunia, terutama negara-negara pengekspor ternak dan produk ternak. Indonesia pertama kali tertular Apthae Epizooticae pada tahun 1887 di daerah Malang, Jawa Timur.
Upaya pemberantasan dan pembebasan Apthae Epizooticae di Indonesia terus dilakukan sejak tahun 1974 hingga 1986. Pada tahun 1990, penyakit tersebut benar-benar dinyatakan hilang dan secara resmi Indonesia telah diakui bebas Apthae Epizooticae oleh Badan Kesehatan Hewan Dunia atau Office International des Epizooties (OIE). Keberhasilan Indonesia bebas dari Apthae Epizooticae merupakan hasil kerja keras berbagai pihak dalam penanggulangan wabah PMK serta didukung oleh kondisi geografis Indonesia yang berupa kepulauan sehingga memudahkan dalam melokalisasi penyakit ini. Apabila Apthae Epizooticae masuk kembali ke Indonesia, penyakit tersebut akan menyebabkan kerugian ekonomi yang sangat besar, bukan hanya karena mengancam kelestarian populasi ternak di dalam negeri, tetapi juga mengakibatkan hilangnya peluang ekspor ternak dan hasil ternak. Oleh karena itu, peran aktif dari berbagai pihak diperlukan untuk mewaspadai kemungkinan masuknya kembali penyakit tersebut ke Indonesia melalui pengetahuan yang cukup tentang PMK dan langkah-langkah yang perlu diambil.

a. Penyebab Apthae Epizooticae
Penyakit ini disebabkan oleh virus dan digolongkan ke dalam jenis entero virus dari famili Picornaviridae. Virus ini dibagi menjadi 7 tipe yang berbeda, yaitu: O, A, C, SAT 1, SAT 2, SAT 3 dan Asi 1. Virus ini labil terhadap asam dan basa serta sensitif terhadap panas. Apthae Epizooticae adalah virus yang sangat kecil, berdiameter ±20 milimikron, terbentuk dari asam inti ribo yang diselubungi protein. Virus ini sangat labil, antigenisitasnya cepat, dan mudah berubah.
b. Penularan Apthae Epizooticae
Penularan virus PMK dapat terjadi secara langsung ataupun tidak langsung. Secara langsung yaitu melalui kontak dengan penderita, sekresi, ekskresi atau hasil hasi ternak seperti air susu, semen/ sperma yang dibekukan dan daging. Penularan secara tidak langsung yaitu melalui bahan bahan ( makanan, minuman dan peralatan kandang) yang tercemar virus. Selain itu penularan dapat melalui udara. Udara yang terinfeksi dapat tahan sampai beberapa jam di dalam kondisi yang cocok, terutama bila kelembaban lebih dari 70 % dan dalam suhu rendah. Udara yang tercemar virus dapat terbawa angin sampai sejauh 250 Km. Petugas teknis atau paramedis harus berhati-hati agar tidak menyebarkan penyakit seusai menangani kasus. Setelah hewan sembuh virus PMK dapat tetap tinggal di kerongkongan selama 2 tahun.

c. Tanda Tanda Apthae Epizooticae
1. Demam (dapat mencapai 41°C ),
2. Nafsu makan turun
3. Bulu kusam.
4. Peradangan pada lidah dan mulut bagian dalam yang mengakibatkan hypersalivasi ( air ludah keluar banyak berbuih dan ngiler ).
5. Adanya lepuh-lepuh pada gusi, lidah dan pangkal lidah, lepuh-lepuh tersebut segera pecah dan menghasilkan tukak sehingga mengakibatkan kesulitan mengunyah dan air liur menetes.
6. Serangan penyakit yang serius menyebabkan selaput lendir lidah terkelupas.
7. Lepuh lepuh diantara teracak dan sekitar batas atas kuku sehingga menyebabkan rasa sakit dan pincang waktu berjalan, luka yang parah kuku dapat terlepas.
8. Pada ternak betina lepuh/ tukak terjadi pada ambing dan putting.
9. Produksi air susu menurun.
10. Keguguran pada ternak betina.

d. Kerugian terserang Apthae Epizooticae
Kerugiaan akibat terserang penyakit aphtae epizooticae antara lain sebagai berikut :
1. Penurunan produktivitas kerja tenak,
2. Penurunan bobot hidup. Ternak yang menderita PMK sulit mengonsumsi, mengunyah dan menelan pakan, bahkan pada kasus yang sangat parah, ternak tidak dapat makan sama sekali. Akibatnya, cadangan energi tubuh akan terpakai terus hingga akhirnya bobot hidup menurun dan ternak menjadi lemas,
3. Gangguan fertilitas. Ternak produktif yang terserang PMK akan kehilangan kemampuan untuk melahirkan setahun setelah terserang penyakit tersebut. Ternak baru dapat beranak kembali setelah dua tahun kemudian. Jika pada awalnya seekor ternak mampu beranak lima ekor, karena penyakit ini kemampuan melahirkan menurun menjadi tiga ekor atau kemampuan menghasilkan anak menurun 40%,
4. Kerugian ekonomi akibat penutupan pasar hewan dan daerah tertular. Dalam keadaan terjadi serangan PMK, seluruh kegiatan di pasar hewan dan rumah pemotongan hewan (RPH) ditutup. Akibatnya, pekerjadi pasar hewan dan RPH, pedagang ternak, serta pengumpul rumput akan kehilangan mata pencaharian selama jangka waktu yang tidak menentu.
5. Hilangnya peluang ekspor ternak, hasil ikutan ternak, hasil bahan hewan, dan pakan.


Tanda-tanda sapi yang menderita penyakit PMK, air liur yang berbuih dan
menetes (A), lepuh pada selaput lendir gusi yang pecah (B), selaput lendir
yang mengelupas (C) dan lepuh di antara teracak (D)


Lesi terbuka antara teracak ternak (kiri) dan lesi terbuka pada bantalan
gigi kerbau penderita PMK (kanan).

e. Pencegahan Aphtae Epizooticae
Agar tidak tertular penyakit Aphtae Epizooticae ini maka dilakukan pencegahan-pencegahan yaitu sebagai berikut :
1. Stamping out. Merupakan kegiatan membunuh tenak yang tertular atau ternak yang berdekatan, kemudian mengubur ternak tersebut di daerah peternakan tersebut.
2. Penangaturan lalu lintas ternak harus benar-benar di perhatikan.
3. Kandang tempat ternak sebaiknya dilakukan desinfeksi terlebih dahulu dengan larutan asam atau basa tertentu.
4. Melakukan sanitasi kandang.
5. Melakukan vaksinasi massal.

f. Pengobatan Aphtae Epizooticae
Belum ada obat yang efektif untuk ternak yang menderita penyakit Aphtae Epizooticae ini oleh karena itu sebaiknya dilakukan tindakan-tindakan pencegahan seperti yang telah diterangkan di atas.

Rabu, 05 Mei 2010

vitamin untuk ternak unggas

Vitamin adalah persenyawaan organic yang merupakan komponen dari bahan pakan tetapi bukan karbohidrat, lemak, protein dan air. Senyawa terdapat dalam jumlah sedikait dalam bahan makanan dan esensial untuk perkembangan dan pertumbuhan yang normal dan untuk kesehatan, pertumbuhan dan hidup pokok.
Vitamin sendiri terbagi menjadi 2 kategori, yaitu vitamin yang larut dalam lemak & vitamin yang larut dalam air. Vitamin yang larut dalam lemak adalah : vitamin A, D, E, K yang dapat disimpan oleh tubuh karena sifatnya yang larut dalam lemak tubuh. Sedangkan vitamin yang larut dalam air yaitu : vitamin B1, B2, B6, B12, asam nikotinat (niasin), asam pantotenat, asam folat, biotin, kolin dan C tidak bisa diserap oleh tubuh karena harus dilarutkan dulu dalam air.

Vitamin larut dalam lemak
1. Vitamin A
Fungsi Mencegah masalah kesehatan mata, meningkatkan sistem imun, juga berperan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan sel.defisiensi vitamin A pada itik muda akan menyebabkan keterlambatan dan menahan pertumb uhan tulang rawan., dan kelebihan vitamin A akan memepercepat pertumbuhan tulang. Apabila kurang vitamin A akan mengakibatkan ataxia, dan patologi. Vitamin A besumber dari minyak ikan yang bentuk ester, dan dari sintesis kimia industri.

2. Vitamin D
Fungsi Diperlukan untuk memperkuat tulang karena vitamin D membantu penyerapan kalsium oleh tubuh. Sumber Vitamin D merupakan vitamin yang unik karena dapat diproduksi sendiri oleh tubuh saat terkena sinar matahari. Sumber lain yang terdapat vitamin D adalah kuning telur, minyak ikan & susu yang sudah difortifikasi. Kekurangan vitamin D pada yam dewasa akan menyebabkan tulang lemah dan mudah patah dan pada anak ayam akan terjadi bungkul-bungkul. Kelebihan vitamin D tulang juga menjadi rapuh.

3. Vitamin E
vitamin E dibutuhkan untuk fertilitas normal pada akalkun muda dan untuk daya prestasi reproduksi untuk ayam petelur. Fungsi Vitamin E merupakan anti oksidan yang dapat melindungi sel dari kerusakan. Vitamin E juga penting untuk kesehatan sel darah merah.
Sumber Vitamin E dapat ditemukan dalam berbagai makanan, seperti minyak nabati, kacang-kacangan, sayuran berdaun hijau, alpukat & gandum. Penyakit yang disebabkan akibat kekurangan vitamin E pada ayam dewasa akan menurunkan daya tetas telur denagan nyata.

4. Vitamin K
Fungsi dari vitamin K adalah untuk koagulation atau untuk pembekuan darah. Dan apabila terjadi defisiensi vitamin K akan mengakibatkan Panjangnya waktu pembekuan darah. Sumber vitamin K berasal dari phylloquinon dan vitamin K sintesis





Vitamin larut dalam air

1. Vitamin B1 (Thiamin)
merupakan prekursor tiamin pirofosfat yaitu koenzim reaksi enzimatik yang melibatkan pemindahan gugus aldehid molekul donor menjadi molekul penerima. Thiamin merupakan bagian dari TPP, yaitu koenzim yang dibutuhkan untuk metabolisme energi. Sistem syaraf dan otot tergantung pada thiamin. Pada ayam muda defisiensi ini etrlihat sebelum umur 2 minggudengan anorexia dan diikiti oleh kehilangan berat badan, bulu kusut, kaki lemah dan langkah sempoyongan dan pada ayam dewasa akan memperlihatkan jengger biru.

2. Vitamin B2 (riboflavin)
Merupakan prekursor koenzim FMN (Flavin Adenin Dinukleotida) dan FAD (flavin Mono Nukleotida). Fungsinya dapat mengikat apo-enzim menjadi enzim oksidasi-reduksi penting untuk metabolisme karbohidrat dan protein. Struktur riboflavin yaitu 6,7-dimetil-9-isoaloksasin Biosintesis: precursor turunan guanosin fosfat oleh semua tanaman hijau, kebanyakan bakteri dan jamur. Sifar fisika kimia dan stabilitas: Kristal kuning atau kuning orange, sedikit berbau. Larut dalam air, lebih mudah larut dalam larutan isotonis, kurang larut dalam alcohol, tidak larut dalam eter. Dalam suasana basa, dikenai sinar UV menjadi lumiflavin.Susu dan produk-produk susu, misalnya keju, merupakan sumber yang baik untuk riboflavin. Untuk itu ketersediaannya dalam makanan sehari-hari sangat penting. Fungsi riboflavin membentuk prostetik dari selusin enzim lebih dalam tubuh hewan. Riboflavin sangat esensial untuk pertumbuahan dan perbaikan jaringan- jaringan pada semua hewan. Kekurangan riboflavin mengakibatkan ayam yang sedang tumbuh terjadi lumpuh kaki. Produksi telur tidak terganggu, tetapi pada induk ayam yang kekurangan riboflavin telurnya tidak dapat menetas.

3. Vitamin B3 (niacin) atau Asam Nikotinat
Daging unggas dan ikan merupakan sumber utama niasin, sama halnya roti dan sereal (biji-bijian). Niasin memiliki keunikan diantara vitamin B karena tubuh dapat membentuknya dari asam amino triptophan. Asam nikotinat didapatkan secara dalam butiran-butiran dan hasil ikutanya dan dalam protein suplemen. Gejala utama apabila kekurangan nikotinat adalah pada ayam muda akan terjadi pembesaran persendian tumit dan pembengkokan kaki.

4. Vitamin B6 (piridoksin)
Koenzim vitamin B6 berperan penting dalam metabolisme asam amino, sehingga konsumsi sehari-hari harus sebanding dengan konsumsi protein, karena protein dibuat dari asam amino. Daging, ikan dan unggas (itik, ayam dll) merupakan sumber utama vitamin B6. Sumber yang lain adalah kentang, beberapa sayuran hijau dan buah berwarna ungu. Vitamin B6 berperan dalam metabolisme asam amino dan asam lemak. Vitamin B6 membantu tubuh untuk mensintesis asam amino nonesensial. Sumber dari vitamin B6 adalah dari bahan-bahan makan yang kompleks protein piridoksal, piridoksal, piridoksamin fosfat. Penyakit-penyakit yang disebabkan akibat kekurangan piridoksin adalah kelambatan pertumbuhan, acrodynia, kekejangan epileptic, anemia, dan sebagian alocepia.

5. Asam pantotenat
Asam pantotenat umumnya ada dalam sebagian besar makanan. Daging, ikan, unggas (ayam, itik dll), semua biji-bijian dan sayuran merupakan sumber utama. Asam pantotenat berperan dalam metabolisme sebagai bagian dari koenzim A. Koenzim ini berperan untuk membawa molekul dalam proses pemecahan glukosa, asam lemak dan metabolisme energi.

6. Biotin (Vitamin B8)
Biotin seperti thiamin mengandung sulfur. Bitin merupakan Kristal yang panjang dan bentinya seperti jarum putih. Sumber dari biotin adalah ahti, ragi, melase (tetes) kacang tanah dan telur. Defesiensi biotin pada ayam mengakibatkan dermatitisyang gejalanya sama dengan defisiensi asam pantotenat

7. Folaiksin (asam polat)
Persenyawaan asam polat terbesar di alam, dalam hewan, dalam tumbuhan dan mikroorganisme. Pada anak ayam, kekurangan asam polat mengakibatkan gejala anemia makrositik yang hebat, juga mengakibatkan pertumbuhan yang menurun, pertumbuhan bulu kurang bagus dan perosis.

8. Vitamin B12
Vitamin B12 berrsumber dari sintesis oleh banyak bakteri actinomyces tetapi bukan ragi atau jamur. Dan terdapat dalam daging, susu, telur dan ikan. Gejala kekeurangan vitamin ini adalah pertumbuahn terlamnbat, efisiensi penggunaan akan menurunmortilitas dan daya tetas menurun.




9. Kolin
Bahan-bahan makan yang kaya akan kolin untuk unggas dalah hati, tepung ikan dan bungkil kedelai. Penyakit akibat defisiensi kolin adalah pertumbuhan lambat dan dan memperlihatkan gejala perosis pada ayam kalkun muda.

10. Vitamin C
Vitamin C berfungsi sebagai daya tahan tubuh, stamina ayam itu sendiri dan dapat mengurangi cekaman atau stress. Sumber dari vitamin C adalah Brokoli, sayuran berwarna hijau, kol (kobis), melon dan strawberi. Kekurangan vitamin ini mengakibatkan daya tahan tubuh menurun dan mudah mengalami stres atau cekaman.

Senin, 11 Januari 2010

LEGUMINOSA

PENDAHULUAN
Dalam usaha peternakan, biaya produksi untuk pakan dapat mencapai 70%. Oleh karena itu keuntungan usaha ini dapat diperoleh apabila ransum/pakan yang diberikan cukup murah tetapi dapat memenuhi kebutuhan ternak.
Bahan pakan untuk sapi dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu Hijauan dan Pakan Tambahan (Konsentrat). Untuk mendapatkan hasil produksi yang baik maka kedua macam bahan pakan ini harus diberikan, karena diharapkan dari kedua macam bahan pakan ini kebutuhan protein dapat terpenuhi.
HIJAUAN
Hijauan merupakan bahan pakan pokok yang biasanya dipenuhi dari rumput. Produksi susu sapi yang rendah dapat terjadi karena kuantitas dan kualitas rumput kurang baik terutama terjadi pada musim kemarau. Untuk mengatasi kekurangan rumput tersebut maka dapat dipakai bahan hijauan lain berupa daun kacang-kacangan (gliricidia, kaliandra, lamtoro, turi, enceng gondok dll) dan limbah pertanian (jerami padi, batang jagung, kelobot jagung dll). Jumlah hijauan yang diberikan sebagai pakan sapi perah berkisar 50-75 % dari protein yang dibutuhkan atau perhitungan secara kasar kurang lebih 10 % berat badan.
DAUN – DAUNAN SEBAGAI PENGGANTI RUMPUT
KALIANDRA (Calliandra calothyrsus)
Kaliandra adalah tanaman kacang-kacangan (leguminosa) semak yang dapat tumbuh pada musim kemarau walaupun tidak sebaik pertumbuhan dimusim hujan, terutama pada daerah berlereng curam. Untuk tumbuh ideal rata-rata temperatur yang diperlukan 20-28 derajat Celsius. Untuk tujuan sebagai sumber hijauan pakan ternak jarak tanam 1×1 meter atau 2×0,5 meter pada awal musim hujan. Pemotongan tanaman dilakukan setiap 12 minggu dengan tinggi potong 1 meter, produksi yang diperoleh 10 ton bahan kering/Ha/tahun.
Komposisi kimiawi kaliandra mengandung protein berkisar 20%, terdapat tanin 8-11%, saponin, flavonoid dan glikosida dalam jumlah kecil yang tidak membehayakan ternak.
Kaliandra dapat digunakan sebagai pengganti sebagian rumput yang diberikan. Pada sapi dapat menggantikan rumput maksimal 50%, sedangkan untuk domba sampai dengan 30%. Pemberian pada ternak sebaiknya dalam bentuk segar karena proses pengeringan akan menurunkan konsumsi dan kecernaanya, selain itu kandungan tanin dalam kaliandra segar kurang berbahaya untuk ternak. Kaliandra dapat diberikan saat sebelum atau sesudah pemberian pakan tambahan.
GAMAL (Glicidia sepium)
Gamal adalah tanaman leguminosa yang dapat tumbuh dengan cepat didaerah kering. Gamal tumbuh baik pada daerah dengan temperatur 22-40 derajat celcius. Sebagai sumber hijauan pakan ternak sebaiknya ditanam dengan jarak 1×1 meter dengan interval pemotongan 6-12 minggu, sedangkan pemotongan pertama dilakukan pada 10-20 minggu. Cara tanam dapat dilakukan dengan stek maupun biji, hasil produksi yang diperoleh berkisar antara 19 ton/ha/tahun.
Komposisi kimiawi gamal mengandung protein 19-25%, mengandung racun kumarin yang tinggi, saponin dan asam fenolat dalam jumlah kecil. Gamal dapat digunakan sebagai pengganti sebagian rumput, pemberian pada sapi maksimal sampai 40%, sedangkan pada domba sampai dengan 75%. Untuk menurunkan kandungan kumarin maka sebelum diberikan pada ternak sebaiknya dilayukan atau dijemur lebih dahulu selama beberapa jam atau semalaman. Sebaiknya gamal diberikan bersama-sama dengan pemberian rumput.
LAMTORO GUNG (Leucaena leucocepala)
Lamtoro merupakan salah satu leguminosa tropis yang tahan dengan pemotongan berulang-ulang. Produksinya 20 ton bahan kering/Ha/tahun. Komposisi kimiawi lamtoro mengandung protein, zat tanin yang cukup baik untuk pakan ternak dan mengandung racun mimosin yang tinggi. Sebagai hijaunan pakan ternak, untuk mengurangi kandungan mimosin maka harus dijemur sehari lebih dahulu.
Lamtoro dapat digunakan sebagai pengganti sebagian rumput. Pemberian pada sapi perah sampai 50% dapat menyebabkan air susu bau khas walaupun dapat meningkatkan kandungan lemak dan produksinya.
TURI (Sesbania glandiflora)
Turi merupakan golongan leguminosa yang disukai ternak dan buangannya disukai penduduk. Turi tahan terhadap pemotongan berulang-ulang. Produksinya dapat mencapai 20 ton bahan kering/Ha/tahun.
Turi mengandung protein tinggi yaitu 36% dan mengandung energi lebih tinggi dibanding kaliandra, lamtoro dan gamal. Turi mengandung racun saponin yang sangat tinggi sehingga membahakan ternak, terutama pada ternak golongan ayam. Turi dapat diberikan pada golongan sapi dan domba sebagai pengganti sebagian rumput. Pemberian sampai dengan 2 kilogram pada domba dapat meningkatkan berat badan 300% dibanding yang diberi rumput gajah saja. Sedangkan pada sapi yang diberi 2 Kg dicampur jerami dapat menghasilkan berat badan sama dengan pemberian ransum yang sempurna.
SORGUM (Sorghum vulgare)
Sorgum termasuk tanaman yang diambil bijinya, limbah tanaman ini dapat digunakan sebagai pakan ternak. Tanaman sorgum dapat tumbuh pada daerah dengan temperatur tinggi dan kurang curah hujan. Sebagai pakan ternak sebaiknya ditanam awal musim kering. Kandungan protein sorgum berkisar 7,5 – 8,2%, sorgum ini mengandung racun asam sianida yang dapat dihilangkan dengan dibuat hay dan silase.
Sorgum dapat digunakan sebagai penganti rumput. Adanya asam sianida dalam sorgum maka pemakaian pada sapi jangan terlalu tinggi (10-20)% dengan dibuat hay atau silase.
JERAMI
Jerami dapat berasal dari sisa hasil pertanian misalnya jerami padi, jerami kedelai, jerami kacang tanah dll.
Kandungan protein jerami tidak tinggi hanya berkisar 5-10% dengan kandungan serat kasar yang sangat tinggi. Jerami dapat diberikan pada sapi untuk menggantikan rumput, pemberian pada sapi jangan lebih dari 20%.

Minggu, 03 Januari 2010

Budidaya Hijauan Pakan Ternak

Pengolahan tanah.

Pengolahan tanah bertujuan untuk mempersiapkan media/tempat tumbuh yang optimal bagi hijauan pakan ternak, sebab tanah yang diolah akan menjamin perkembangan perakaran yang sempurna, memperbaiki aerasi, kelembaban dan kesuburan tanah, Penanaman pada tanah gembur, tanah diolah atau dicangkul cukup satu kali saja, sedangkan pada keras atau padat tanah perlu diolah beberapa kali dan digaru sampai tanah menjadi gembur, atau pembuatan lobang tanam yang lebih besar sehingga memudahkan perkembangan akar hijauan.

Persiapan bibit.
Bibit yang digunakan berasalah dari pols (sobekan) yang mempunyai sifat rumput harus muda, tegak dan sehat, tinggi sama dalam satu rumpun, panjangnya pols sekitar 10 cm dari permukaan tanah.

Penanaman.
Jarak tanam yang digunakan pada hijauan pakan ternak adalah bermacam-macan dan ini sangat tergantung kepada jenis hijauan, dan topografi lahan. Untuk jenis-jenis hijauan yang tubuh tegak dan berumpun, jarak tanam yang dapat digunakan adalah 60- 90 cm x 45 – 60 atau 100 x l00 cm, sedangkan untuk jenis yang membentuk stolon atau rhizoma maka jarak tanam yang dapat digunakan 90 x 60 cm, 90 x 100 cm atau 100 x 100 cm. Begitu pula pada daerah-daerah datar jarak tanam dapat digunakan adalah 100 x 100 cm. Pada daerah-daerah miring jarak tanam yang digunakan lebih rapat dalam barisan seperti 100 x 50 cm, 125 x 75 cm, 125 x 50 cm dengan tujuan akan dapat mengatasi erosi tanah yang diakibatkan oleh air hujan. Dari hasil kegiatan yang dilakukan penanaman secara larikan dengan jarak tanam 100 x 50 cm.
Sebelum penanaman dibuat lobang tanam 25 x 25 x 25 cm dilakukan pemupukan awal dengan pupuk kandang yang dicampur dengan tanah. Dalam melaksanakan penanaman harus hati-hati jangan sampai tunas yang patah dan rusak, serta penanaman mata yang terbalik.

Pemupukan
Pemupukan adalah pemberikan zat-zat makanan kepada tanaman lewat tanah agar memperoleh produksi hijauan yang tinggi dan kontinyu. Pupuk yang dapat diberikan Urea, TSP dan Kcl, dengan takaran 100 kg Urea ,50 kg TSP, 50 Kg Kcl/ha dan pupuk kandang (kotoran sapi) dengan takaran 10 atau 20 ton/ha yang tergantung kepada tingkat kesuburan tanah. Dalam usaha meminimalkan biaya dan memperbaiki sifat fisika tanah penggunaan pupuk kandang akan lebih baik, disebabkan karena harganya murah, tersidia ditingkat petani. Pupuk kandang adalah limbah ternak yang berasal dari campuran kotoran hewan dalam bentuk organik yang dapat digunakan untuk memperbaiki sifat-sifat tanah dan meningkatkan hasil hjauan makan ternak.

Waktu Pemupukan
Pemberian pupuk kandang dilakukan pada saat tanam, yang diaduk dengan tanah dalam lobang tanam dengan takaran yang telah ditentukan, kemudian setelah hijauan berumur 3 minggu dilakukan pemupukan dengan 100 kg Urea, 50 kg TSP dan 50 kg Kcl/ha. Dari hasil pengkajian yang dilakukan di kenegarian Malampah pada tahun 1997/1998 memperlihatkan pemberian pupuk kandang pada saat tanam lebih baik jika dibandingkan dengan pemberian secara bertitah pada hijauan pakan ternak dengan takaran yang sama, sedangkan untuk pemupukan berikutnya adalah hijauan setelah berumur 6 bulan ( 4 kali panen) pemberian pupuk kandang sangat diperlukan kembali setiap 3 kali panen dengan tujuan .untuk menjamin produksi secara kontinyu.

Penyiangan
Penyiangan adalah pembrantasan terhadap jenis-jenis rumput liar atau tumbuhan-tumbuhan pengganggu tanaman pokok. Ganguan itu dapat berupa saingan terhadap penyerapan zat hara, air, dan cahaya matahari,. Penyiangan dilakukan setelah hijauan berumur satu bulan, dengan tujuan untuk membuang tanaman penggangu serta mengemburkan tanah. Pada garis besarnya ada tiga cara untuk membrantas rumput liar tesebut adalah sebagai berikut


- Mekanis
Yakni penyiangan yang dilakukan dengan cara mencangkul untuk membongkar rumput- rumput liar dan tanaman pengganggu.

- Biologis
Yakni yang dilakukan dengan cara memperbaiki keadaan tanah. Kemudian setelah tanah itu menjadi subur dan bebas weed, dilakukan penanaman dengan jenis tanaman pupuk hijau, sebagai penutup tanah. seperti: Centrosema pubescens, Centrosema plumeri, Puraria Javanica, Calopogonium mucunoides dan lain-lain

- Kimiawi
Yakni dengan mempergunakan herbisida. Cara ini bisa dilakukan dengan cepat tetapi memakan biayanya yang cukup tinggi, bahkan kadang-kadang herbisida sulit diperoleh dipasaran. Herbisida yang dapat digunakan adalah Gramozone, Rond Up Basmilang, Polaris dan lain-lainnya yang disemprotkan diantara barisan hijauan pamak ternak dan penyemprotannya harus lebih hati-hati supaya hijauan tidak kena.

Pemotongan
Untuk menyeragamkan pertumbuhan dan merangsang jumlah anak yang lebih banyak, sebaiknya pemotongan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 2 – 3 bulan sejak tanam, sehingga setiap dalam satu rumpun akan berkembang menjadi 13-24 batang dengan diameter rumpun 25 – 40 cm. Untuk pemotongan selanjutnya dapat dilakukan setiap 40 hari sekali dimusin hujan dan 60 hari dimusim kemarau. Pemotongan yang terlalu tua akan mengakibatkan kandungan protein semakin berkurang dan serat kasar semakin tinggi. Tinggi pemotongan akan mempengaruhi pertumbuhan hijauan selanjutnya, dimana pemotongan yang telalu tinggi akan menyebabkan tunas yang keluar tumbuhnya kerdil, sedangkan pertumbuhan dari anakan tidak bisa berkembang. Pemotongan yang terlalu pendek menyebabkan pertumbuhan berikutnya semakin lambat pula hal ini disebabkan persedian energi (karbohidrat) dan pati yang tinggal pada tunggul terlalu sedikit. Sebagai pedoman tingginya pemotongan pada rumput gajah, benggala, rumput raja, Setaria dianjurkan 10 cm dari permukaan tanah, sedangkan untuk jenis rumput yang berasal dari Australia seperti Paspalum dilatatum sekitar 5 cm.