imagesku

imagesku

Rabu, 08 Desember 2010

MAKALAH

APHTAE EPITOZOOTICAE
( PENYAKIT MULUT DAN KUKU)
KEKURANGAN DAN KELEBIHAN KOMPUTER


OLEH:
NURAHMADHAN 0810612103
DEDI RAMDANI 0810612103
HENDRIKUS 0810612123
M. IQBAL WAHYUDI 0810612127






ILMU PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2010
Aphtae Epitozooticae ( Penyakit Mulut dan Kuku)

Aphtae Epitozooticae (penyakit mulut dan kuku) atau memliki nama lain yaitu Foot and mouth disease (FMD) merupakan salah satu penyakit hewan menular yang paling ditakuti oleh dunia internasional namun, di Indonesia telah berhasil bebas dari penyakit tersebut, dan status bebas ini harus dipertahankan dengan menerapkan sistem kewaspadaan dini secara konsisten dan disiplin. Penyakit ini menular pada hewan dan sangat ditakuti oleh hampir semua negara di dunia, terutama negara-negara pengekspor ternak dan produk ternak. Indonesia pertama kali tertular Apthae Epizooticae pada tahun 1887 di daerah Malang, Jawa Timur.
Upaya pemberantasan dan pembebasan Apthae Epizooticae di Indonesia terus dilakukan sejak tahun 1974 hingga 1986. Pada tahun 1990, penyakit tersebut benar-benar dinyatakan hilang dan secara resmi Indonesia telah diakui bebas Apthae Epizooticae oleh Badan Kesehatan Hewan Dunia atau Office International des Epizooties (OIE). Keberhasilan Indonesia bebas dari Apthae Epizooticae merupakan hasil kerja keras berbagai pihak dalam penanggulangan wabah PMK serta didukung oleh kondisi geografis Indonesia yang berupa kepulauan sehingga memudahkan dalam melokalisasi penyakit ini. Apabila Apthae Epizooticae masuk kembali ke Indonesia, penyakit tersebut akan menyebabkan kerugian ekonomi yang sangat besar, bukan hanya karena mengancam kelestarian populasi ternak di dalam negeri, tetapi juga mengakibatkan hilangnya peluang ekspor ternak dan hasil ternak. Oleh karena itu, peran aktif dari berbagai pihak diperlukan untuk mewaspadai kemungkinan masuknya kembali penyakit tersebut ke Indonesia melalui pengetahuan yang cukup tentang PMK dan langkah-langkah yang perlu diambil.

a. Penyebab Apthae Epizooticae
Penyakit ini disebabkan oleh virus dan digolongkan ke dalam jenis entero virus dari famili Picornaviridae. Virus ini dibagi menjadi 7 tipe yang berbeda, yaitu: O, A, C, SAT 1, SAT 2, SAT 3 dan Asi 1. Virus ini labil terhadap asam dan basa serta sensitif terhadap panas. Apthae Epizooticae adalah virus yang sangat kecil, berdiameter ±20 milimikron, terbentuk dari asam inti ribo yang diselubungi protein. Virus ini sangat labil, antigenisitasnya cepat, dan mudah berubah.
b. Penularan Apthae Epizooticae
Penularan virus PMK dapat terjadi secara langsung ataupun tidak langsung. Secara langsung yaitu melalui kontak dengan penderita, sekresi, ekskresi atau hasil hasi ternak seperti air susu, semen/ sperma yang dibekukan dan daging. Penularan secara tidak langsung yaitu melalui bahan bahan ( makanan, minuman dan peralatan kandang) yang tercemar virus. Selain itu penularan dapat melalui udara. Udara yang terinfeksi dapat tahan sampai beberapa jam di dalam kondisi yang cocok, terutama bila kelembaban lebih dari 70 % dan dalam suhu rendah. Udara yang tercemar virus dapat terbawa angin sampai sejauh 250 Km. Petugas teknis atau paramedis harus berhati-hati agar tidak menyebarkan penyakit seusai menangani kasus. Setelah hewan sembuh virus PMK dapat tetap tinggal di kerongkongan selama 2 tahun.

c. Tanda Tanda Apthae Epizooticae
1. Demam (dapat mencapai 41°C ),
2. Nafsu makan turun
3. Bulu kusam.
4. Peradangan pada lidah dan mulut bagian dalam yang mengakibatkan hypersalivasi ( air ludah keluar banyak berbuih dan ngiler ).
5. Adanya lepuh-lepuh pada gusi, lidah dan pangkal lidah, lepuh-lepuh tersebut segera pecah dan menghasilkan tukak sehingga mengakibatkan kesulitan mengunyah dan air liur menetes.
6. Serangan penyakit yang serius menyebabkan selaput lendir lidah terkelupas.
7. Lepuh lepuh diantara teracak dan sekitar batas atas kuku sehingga menyebabkan rasa sakit dan pincang waktu berjalan, luka yang parah kuku dapat terlepas.
8. Pada ternak betina lepuh/ tukak terjadi pada ambing dan putting.
9. Produksi air susu menurun.
10. Keguguran pada ternak betina.

d. Kerugian terserang Apthae Epizooticae
Kerugiaan akibat terserang penyakit aphtae epizooticae antara lain sebagai berikut :
1. Penurunan produktivitas kerja tenak,
2. Penurunan bobot hidup. Ternak yang menderita PMK sulit mengonsumsi, mengunyah dan menelan pakan, bahkan pada kasus yang sangat parah, ternak tidak dapat makan sama sekali. Akibatnya, cadangan energi tubuh akan terpakai terus hingga akhirnya bobot hidup menurun dan ternak menjadi lemas,
3. Gangguan fertilitas. Ternak produktif yang terserang PMK akan kehilangan kemampuan untuk melahirkan setahun setelah terserang penyakit tersebut. Ternak baru dapat beranak kembali setelah dua tahun kemudian. Jika pada awalnya seekor ternak mampu beranak lima ekor, karena penyakit ini kemampuan melahirkan menurun menjadi tiga ekor atau kemampuan menghasilkan anak menurun 40%,
4. Kerugian ekonomi akibat penutupan pasar hewan dan daerah tertular. Dalam keadaan terjadi serangan PMK, seluruh kegiatan di pasar hewan dan rumah pemotongan hewan (RPH) ditutup. Akibatnya, pekerjadi pasar hewan dan RPH, pedagang ternak, serta pengumpul rumput akan kehilangan mata pencaharian selama jangka waktu yang tidak menentu.
5. Hilangnya peluang ekspor ternak, hasil ikutan ternak, hasil bahan hewan, dan pakan.


Tanda-tanda sapi yang menderita penyakit PMK, air liur yang berbuih dan
menetes (A), lepuh pada selaput lendir gusi yang pecah (B), selaput lendir
yang mengelupas (C) dan lepuh di antara teracak (D)


Lesi terbuka antara teracak ternak (kiri) dan lesi terbuka pada bantalan
gigi kerbau penderita PMK (kanan).

e. Pencegahan Aphtae Epizooticae
Agar tidak tertular penyakit Aphtae Epizooticae ini maka dilakukan pencegahan-pencegahan yaitu sebagai berikut :
1. Stamping out. Merupakan kegiatan membunuh tenak yang tertular atau ternak yang berdekatan, kemudian mengubur ternak tersebut di daerah peternakan tersebut.
2. Penangaturan lalu lintas ternak harus benar-benar di perhatikan.
3. Kandang tempat ternak sebaiknya dilakukan desinfeksi terlebih dahulu dengan larutan asam atau basa tertentu.
4. Melakukan sanitasi kandang.
5. Melakukan vaksinasi massal.

f. Pengobatan Aphtae Epizooticae
Belum ada obat yang efektif untuk ternak yang menderita penyakit Aphtae Epizooticae ini oleh karena itu sebaiknya dilakukan tindakan-tindakan pencegahan seperti yang telah diterangkan di atas.
MAKALAH

APHTAE EPITOZOOTICAE
( PENYAKIT MULUT DAN KUKU)
KEKURANGAN DAN KELEBIHAN KOMPUTER


OLEH:
NURAHMADHAN 0810612103
DEDI RAMDANI 0810612103
HENDRIKUS 0810612123
M. IQBAL WAHYUDI 0810612127






ILMU PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2010
Aphtae Epitozooticae ( Penyakit Mulut dan Kuku)

Aphtae Epitozooticae (penyakit mulut dan kuku) atau memliki nama lain yaitu Foot and mouth disease (FMD) merupakan salah satu penyakit hewan menular yang paling ditakuti oleh dunia internasional namun, di Indonesia telah berhasil bebas dari penyakit tersebut, dan status bebas ini harus dipertahankan dengan menerapkan sistem kewaspadaan dini secara konsisten dan disiplin. Penyakit ini menular pada hewan dan sangat ditakuti oleh hampir semua negara di dunia, terutama negara-negara pengekspor ternak dan produk ternak. Indonesia pertama kali tertular Apthae Epizooticae pada tahun 1887 di daerah Malang, Jawa Timur.
Upaya pemberantasan dan pembebasan Apthae Epizooticae di Indonesia terus dilakukan sejak tahun 1974 hingga 1986. Pada tahun 1990, penyakit tersebut benar-benar dinyatakan hilang dan secara resmi Indonesia telah diakui bebas Apthae Epizooticae oleh Badan Kesehatan Hewan Dunia atau Office International des Epizooties (OIE). Keberhasilan Indonesia bebas dari Apthae Epizooticae merupakan hasil kerja keras berbagai pihak dalam penanggulangan wabah PMK serta didukung oleh kondisi geografis Indonesia yang berupa kepulauan sehingga memudahkan dalam melokalisasi penyakit ini. Apabila Apthae Epizooticae masuk kembali ke Indonesia, penyakit tersebut akan menyebabkan kerugian ekonomi yang sangat besar, bukan hanya karena mengancam kelestarian populasi ternak di dalam negeri, tetapi juga mengakibatkan hilangnya peluang ekspor ternak dan hasil ternak. Oleh karena itu, peran aktif dari berbagai pihak diperlukan untuk mewaspadai kemungkinan masuknya kembali penyakit tersebut ke Indonesia melalui pengetahuan yang cukup tentang PMK dan langkah-langkah yang perlu diambil.

a. Penyebab Apthae Epizooticae
Penyakit ini disebabkan oleh virus dan digolongkan ke dalam jenis entero virus dari famili Picornaviridae. Virus ini dibagi menjadi 7 tipe yang berbeda, yaitu: O, A, C, SAT 1, SAT 2, SAT 3 dan Asi 1. Virus ini labil terhadap asam dan basa serta sensitif terhadap panas. Apthae Epizooticae adalah virus yang sangat kecil, berdiameter ±20 milimikron, terbentuk dari asam inti ribo yang diselubungi protein. Virus ini sangat labil, antigenisitasnya cepat, dan mudah berubah.
b. Penularan Apthae Epizooticae
Penularan virus PMK dapat terjadi secara langsung ataupun tidak langsung. Secara langsung yaitu melalui kontak dengan penderita, sekresi, ekskresi atau hasil hasi ternak seperti air susu, semen/ sperma yang dibekukan dan daging. Penularan secara tidak langsung yaitu melalui bahan bahan ( makanan, minuman dan peralatan kandang) yang tercemar virus. Selain itu penularan dapat melalui udara. Udara yang terinfeksi dapat tahan sampai beberapa jam di dalam kondisi yang cocok, terutama bila kelembaban lebih dari 70 % dan dalam suhu rendah. Udara yang tercemar virus dapat terbawa angin sampai sejauh 250 Km. Petugas teknis atau paramedis harus berhati-hati agar tidak menyebarkan penyakit seusai menangani kasus. Setelah hewan sembuh virus PMK dapat tetap tinggal di kerongkongan selama 2 tahun.

c. Tanda Tanda Apthae Epizooticae
1. Demam (dapat mencapai 41°C ),
2. Nafsu makan turun
3. Bulu kusam.
4. Peradangan pada lidah dan mulut bagian dalam yang mengakibatkan hypersalivasi ( air ludah keluar banyak berbuih dan ngiler ).
5. Adanya lepuh-lepuh pada gusi, lidah dan pangkal lidah, lepuh-lepuh tersebut segera pecah dan menghasilkan tukak sehingga mengakibatkan kesulitan mengunyah dan air liur menetes.
6. Serangan penyakit yang serius menyebabkan selaput lendir lidah terkelupas.
7. Lepuh lepuh diantara teracak dan sekitar batas atas kuku sehingga menyebabkan rasa sakit dan pincang waktu berjalan, luka yang parah kuku dapat terlepas.
8. Pada ternak betina lepuh/ tukak terjadi pada ambing dan putting.
9. Produksi air susu menurun.
10. Keguguran pada ternak betina.

d. Kerugian terserang Apthae Epizooticae
Kerugiaan akibat terserang penyakit aphtae epizooticae antara lain sebagai berikut :
1. Penurunan produktivitas kerja tenak,
2. Penurunan bobot hidup. Ternak yang menderita PMK sulit mengonsumsi, mengunyah dan menelan pakan, bahkan pada kasus yang sangat parah, ternak tidak dapat makan sama sekali. Akibatnya, cadangan energi tubuh akan terpakai terus hingga akhirnya bobot hidup menurun dan ternak menjadi lemas,
3. Gangguan fertilitas. Ternak produktif yang terserang PMK akan kehilangan kemampuan untuk melahirkan setahun setelah terserang penyakit tersebut. Ternak baru dapat beranak kembali setelah dua tahun kemudian. Jika pada awalnya seekor ternak mampu beranak lima ekor, karena penyakit ini kemampuan melahirkan menurun menjadi tiga ekor atau kemampuan menghasilkan anak menurun 40%,
4. Kerugian ekonomi akibat penutupan pasar hewan dan daerah tertular. Dalam keadaan terjadi serangan PMK, seluruh kegiatan di pasar hewan dan rumah pemotongan hewan (RPH) ditutup. Akibatnya, pekerjadi pasar hewan dan RPH, pedagang ternak, serta pengumpul rumput akan kehilangan mata pencaharian selama jangka waktu yang tidak menentu.
5. Hilangnya peluang ekspor ternak, hasil ikutan ternak, hasil bahan hewan, dan pakan.


Tanda-tanda sapi yang menderita penyakit PMK, air liur yang berbuih dan
menetes (A), lepuh pada selaput lendir gusi yang pecah (B), selaput lendir
yang mengelupas (C) dan lepuh di antara teracak (D)


Lesi terbuka antara teracak ternak (kiri) dan lesi terbuka pada bantalan
gigi kerbau penderita PMK (kanan).

e. Pencegahan Aphtae Epizooticae
Agar tidak tertular penyakit Aphtae Epizooticae ini maka dilakukan pencegahan-pencegahan yaitu sebagai berikut :
1. Stamping out. Merupakan kegiatan membunuh tenak yang tertular atau ternak yang berdekatan, kemudian mengubur ternak tersebut di daerah peternakan tersebut.
2. Penangaturan lalu lintas ternak harus benar-benar di perhatikan.
3. Kandang tempat ternak sebaiknya dilakukan desinfeksi terlebih dahulu dengan larutan asam atau basa tertentu.
4. Melakukan sanitasi kandang.
5. Melakukan vaksinasi massal.

f. Pengobatan Aphtae Epizooticae
Belum ada obat yang efektif untuk ternak yang menderita penyakit Aphtae Epizooticae ini oleh karena itu sebaiknya dilakukan tindakan-tindakan pencegahan seperti yang telah diterangkan di atas.